MEMBELA LABA-LABA

(Tanggapan terhadap Zulfa Jamalie)

Oleh: Abdul Gafur

 

 

Sdr. Zulfa Jamalie di harian ini (BPost Jumat 5 Juli 2002) menguraikan tentang tiga jenis hewan yang tercantum di dalam Al Qur-an. Menurutnya, kalau lebah dan semut patut diteladani sifat dan perilakunya, laba-laba justeru menjadi contoh sifat buruk yang mesti dijauhi oleh setiap muslim. Diuraikannya bahwa laba-laba merupakan hewan carnivora yang suka menyendiri, dan tidak menghasilkan sesuatu yang dapat memberi manfaat. Sarangnya merusak keindahan dan melambangkan kekotoran. Hewan ini dikatakannya pemalas, memiliki etos kerja sangat rendah, karena untuk mendapatkan makanan hanya menunggu mangsa yang terjerat oleh sarang/rumahnya.

            Uraian tadi mendorong penulis untuk mencari tahu mengenai apa saja yang dikatakan oleh Al-Quran tentang laba-laba. Ternyata, menurut Indeks Al Qur-an yang disusun oleh Sukmajaya Asyarie dan Rosy Yusuf hanya ada satu surah dan satu ayat yang menyinggung tentang laba-laba, yaitu surat Al Ankabut ayat 41. Terjemahan ayat ini adalah ‘Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain dari Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengerti’

            Di ayat itu tidak ada disinggung sedikitpun tentang sifat buruk laba-laba sebagaimana yang diuraikan oleh Sdr. Zulfa. Jika memang benar bahwa di dalam Al Qur-an  hanya ayat itu yang menyinggung tentang laba-laba, berarti uraian Sdr. Zulfa tentang sifat buruk laba-laba tadi adalah buah pikirannya sendiri.

 

Pemburu dan Penjebak

            Tidak bisa disalahkan kalau orang selalu mengaitkan laba-laba dengan anyaman benang halus yang bergelantungan di langit-langit dan dinding rumah. Sejauh ini memang hanya laba-laba yang menghasilkan anyaman seperti itu. Juga wajar kalau timbul kesan bahwa hewan ini pemalas, tidak mau bersusah-susah mencari makan, karena mereka cukup membuat sarang (jebakan) dan memangsa korbannya yang terjerat di jebakan itu.

            Namun, pernahkah Anda memperhatikan laba-laba kecil yang sering terlihat berkeliaran di dinding? Tahukah Anda ada laba-laba (wolf spider) yang berkeliaran di tanah mencari mangsa? Keduanya hanyalah contoh dari sekian banyak laba-laba yang rajin berkeliaran sepanjang hari atau malam mencari makan. Mereka tidak pernah mengandalkan perangkap untuk mendapatkan mangsa. Mereka berlari mengejar dan menyergap mangsanya. Jadi, mereka bukan ‘pemalas’. Semangat kerja mereka sangat tinggi.

            Cobalah perhatikan laba-laba kecil yang berkeliaran di dinding. Cobalah dekatkan telunjuk Anda atau sebuah benda kepadanya. Ia tidak serta merta lari terbirit-birit. Pertama-tama, ketika menyadari ada suatu benda asing di dekatnya, ia berputar menghadap ke benda itu. Kalau benda itu terus mendekat, mungkin ia akan lari, tetapi tidak mustahil ia kemudian justeru menyergap benda itu. Jelas, nyalinya cukup besar, ia bukan makhluk pengecut.

            Jadi, berdasarkan kebiasaan hidupnya, ada dua kelompok laba-laba. Ada yang pemburu dan ada yang penjebak. Laba-laba pemburu mengandalkan kecepatannya untuk mengejar dan menangkap mangsanya, sedangkan laba-laba penjebak menjebak mangsanya dengan anyaman benang sutranya yang lengket. Laba-laba pemburu biasanya dicirikan oleh kaki-kaki yang lebih pendek kekar, sedangkan laba-laba penjebak biasanya memiliki kaki-kaki yang lebih panjang ramping. Pemburu agresif, galak, dan pemberani, sedangkan penjebak lebih pemalu. Ada pula yang karakternya di antara dua kelompok tadi. Ini adalah laba-laba yang tidak berkeliaran dan mengejar, melainkan diam menunggu, mangsanya. Kalau jaraknya cukup, iapun secepat kilat menyergap.

 

Manfaat

            Laba-laba memang sejauh yang kita tahu saat ini tidak menghasilkan produk yang bisa dimanfaatkan langsung oleh manusia. Tidak seperti lebah yang menghasilkan madu. Namun, benarkah kelompok hewan ini sama sekali tidak menghasilkan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi manusia?

Usaha manusia untuk memanfaatkan sutera laba-laba untuk dijadikan kain memang sejauh ini secara ekonomis belum berhasil. Namun, sutera itu telah dipergunakan untuk membuat ‘cross hair’ peralatan optik, seperti yang tampak pada layar pembidik kamera SLR.

            Laba-laba adalah pemangsa hewan-hewan kecil, terutama serangga. Di dalam rumah, hewan ini memangsa tungau, lalat, nyamuk, jangkrik, dan serangga pengganggu lainnya. Bahkan, di beberapa negara bagian Amerika Serikat, keberadaan laba-laba di dalam rumah tidak hanya ditolerir tetapi malah dianjurkan untuk membantu pengendalian serangga pengganggu. Di sawah, hewan ini memakan anak dan bahkan dewasa wereng dan hama lain. Para ahli hama tanaman telah mengakui potensi hewan ini dalam pengendalian hayati serangga hama tanaman pertanian dan hortikultura.

            Laba-laba merupakan kelompok hewan darat yang besar. Artinya, jumlah spesiesnya banyak. Saat ini sudah dikenal sekitar 35.000 spesies laba-laba, dan rata-rata setiap bulan satu spesies baru ditemukan. Dalam hal jumlah spesies, di antara hewan darat hanya serangga yang bisa mengalahkannya. Laba-laba mempunyai wakil di semua benua, kecuali Antarktika, dan menghuni semua relung ekologi di darat, bahkan ada pula yang di air. Selain tersebar luas, jumlah individunya pun bisa sangat berlimpah apabila kondisi lingkungannya mendukung. Pernah ada yang menghitung, di tanah seluas satu acre (0,4646 ha) bisa ditemukan sampai 2.265.000 ekor laba-laba.

            Dengan jumlah spesies dan individu yang begitu besar, laba-laba merupakan komponen penting ekosistem dan memegang peranan penting dalam ekonomi alam. Sebagai pemangsa serangga dan hewan kecil lain, laba-laba andil besar dalam mengendalikan populasi hewan yang berbiak sangat cepat tadi. Pada gilirannya, laba-laba jadi makanan hewan lain, seperti tabuhan. Sayang, manusia hanya bisa menikmati keseimbangan alam, tanpa menyadari peran penting laba-laba di dalamnya.

 

Sutera

            Memang, laba-laba bukan satu-satunya kelompok hewan yang mampu menghasilkan benang sutera. Akan tetapi, laba-laba mampu memanfaatkan sebesar-besarnya benang sutera itu dengan beragam cara yang amat mengagumkan. Serat itu, misalnya, dipakai untuk membuat garis-seret jejak dan untuk menyelamatkan diri ketika jatuh. Laba-laba kecil, dan terutama yang muda, membuat benang parasut untuk terbawa angin ke tempat lain. Jantan memanfaatkan sutera untuk transfer sperma, dan betina membuat kepompong juga dari sutera. Sutera juga dipergunakan untuk membuat sarang dan mendindingi lubang galian. Yang paling terkenal dan mengagumkan adalah penggunaan sutera untuk membuat perangkap serangga yang biasa kita sebut jaring laba-laba.

            Benang sutera laba-laba merupakan protein yang tersusun terutama oleh asam amino glisin, alanin, serin, dan tirosin. Mula-mula, alat penghasil sutera di ujung perut menghasilkan cairan.  Di luar tubuh cairan itu segera mengalami perubahan konfigurasi molekul dan, seiring dengan berpindahnya tubuh, terjulur menjadi benang sutera.  Benang itu kuatnya sekuat nilon, tetapi elastisitasnya (daya regangnya) bisa sampai dua kali lipat nilon. Daya regang benang sutera itu adalah yang paling tinggi di antara semua serat alami yang pernah diuji dan lebih tinggi dari semua macam logam.

Nah, siapa bilang benang sutera laba-laba itu rapuh? Bagi seekor jangkrik atau belalang berukuran sedang, lilitan beberapa utas benang laba-laba sudah bisa berarti pertanda kematian.

Lalu, mengapa atau apa maksudnya Al Qur-an justeru menyebut bahwa rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba? Biarlah para ahli tafsir yang menjelaskannya.

 

 

Drs. Abdul Gafur, M.Si.

Dosen PS Biologi FMIPA Unlam

 


BANJARMASIN POST 10 JULI 2002